Skip to content Skip to footer

Berawal Dari Sebuah Mimpi

Awal mula dari sebuah sebidang tanah di Kota Legenda, yang ditawarkan dengan harga murah, karena bangkrut. Sebidang tanah tersebut berharga hanya 45 juta, diangsur 5 juta setiap bulan selama 9 bulan. Luas tanah, 252 m2 berlokasi di Dukuh Bima Citra 7/15. Melalui suami, Pepey membeli tanah ini.

Bertahun-tahun setelah pelunasan, sebidang tanah tersebut hanya ditumbuhi rumput liar. Penghuninya pun belum banyak. Seiring perjalanan waktu, tahun berganti tahun, sampailah di tahun 2015, berkunjung lagi, melihat tanah tersebut, ternyata Bima Citra sudah sangat hidup. Sudah mulai banyak penghuninya. Sudah banyak yang membangun rumah.

Sampai kemudian pemikiran untuk dibangunnya rumah masa depan bagi penderita berkebutuhan khusus, terutama Bipolar, yang sangat tergantung dengan medikasi. Ada keinginan dalam sanubari untuk memberikan masa depan bagi Albert, studio musik yang bisa memberikan bekal kemandirian finansial saat ia sudah siap lepas untuk hidup mandiri. Uang sudah ada, terutama warisan dari papa Ganda Kurnia, yang cukup besar, untuk ke 7 putri-nya. Tabungan untuk menambah juga sudah terkumpul, hasil bekerja bertahun-tahun sebagai praktisi. Jadi, sudah lumayan cukup dana untuk mewujudkan impian tersebut.

“Bila tujuannya untuk kebaikan, maka Tuhan akan berikan jalan.

Keinginan terus ada dalam sanubari, sampai kemudian membaca dalam buku Bipolar Advantage (Tom Wootton), yang menyampaikan pengalamannya yang sukses sebagai CEO dan pembicara terkenal walau ia seorang Bipolar, salah satu pemulihannya melalui meditasi. Pepey teringat pada Bali Usada, meditasi kesehatan, yang sudah Pepey tekuni sejak tahun 2009. Banyak membantu kestabilan emosi melalui pikiran harmonis yang diajarkan.

Berbekal keinginan tersebut, terciptalah sebuah proposal kerjasama ditujukan kepada Pak Merta Ada, pendiri dan guru Bali Usada. Penyampaian proposal saat mengikuti Usada 2 di Baturiti 2014. Beliau menyambut baik dan menyarankan untuk berkonsultasi dengan Martin, salah satu instruktur di Bali Usada yang juga arsitek. Beliau menyarankan agar Pepey menyempatkan waktu untuk mendalami pemulihan Bipolar melalui meditasi karena beliau tidak memiliki waktu cukup untuk melakukannya.

Martin, teman sejak Usada 1, bersedia menggambar, hasilnya ada 3 alternatif gambar yang diusulkannya. Berbulan-bulan draft masih terus didiskusikan, sampai Pepey mengikuti Usada 3 di Forest Island -Bali. Saat testimoni, Pepey mengemukakan tentang proses membangun impian ini dan memerlukan ‘sang pembangun’, seorang project leader, yang bisa mewujudkannya walau dengan dana terbatas. Saat break, Bu Venna Wongko, sahabat meditasi menyampaikan ada Pak Hartaman Rasjid, yang membangun rumahnya dengan dana terbatas

Proses bergulir demikian cepat, Pak Hartaman menyanggupi membangun dengan dana yang ada. Dibantu suami, Antonius Iwo, sebagai penasehat, sudah disepakati untuk membangun 309 m2 bangunan 2 lantai, dengan harga 5 juta rupiah/m2, harga terendah yang disanggupinya. Tuhan sudah membantu proses demikian mudah dan mempertemukan orang-orang yang sudah disediakan-Nya. Pak Hartaman, bertempat tinggal di Bekasi Barat, dekat dengan lokasi tanah. Ia seorang warga katolik, prodiakon pula. Jadi, mengerti tentang ruang doa yang diinginkan Albert. Ia pun memiliki semangat pelayanan, karena pernah membangun pastoran gereja St. Albertus. Beberapa kali Pak Hartaman memberi keyakinan akan adanya campur tangan Tuhan, sehingga tidak perlu dikhawatirkan keterbatasan budget yang ada. Tuhan pasti melengkapinya.

Pepey misa khusus dan berdoa novena Hati Kudus Yesus saat akan dilakukannya tanda tangan perjanjian pembangunan. Pepey sadar sekali bahwa pembangunan ini akan menghabiskan sebagian besar tabungan yang sudah membuat hidupku sangat nyaman. Sebelumnya, Pepey banyak bertanya kepada sahabat-sahabatnya : Pak Hidayat, Leny, Pascal dan Herny. Memang akan lebih berhemat banyak kalau pembangunan dilakukan sendiri.

Namun, kalau menghadapi realita, tidak ada waktu membangun sendiri, suami sudah sibuk dengan pekerjaan membangun dimana mana.

Pak Merta Ada memberikan keyakinan, dengan mengatakan: “Bila tujuannya untuk kebaikan, maka Tuhan akan berikan jalan. Berupaya secara maksimal, hasilnya serahkan kepada Tuhan.” Pascal memberikan semangat bahwa aku harus berani membuat keputusan, dan selalu menyertakan doa disetiap keputusan tersebut. Herny memberikan semangat dengan mengatakan, “Maju terus untuk mewujudkan impianmu.” Pak Hidayat dan Leny, disetiap pertemuan kami, selalu juga memberikan semangat untuk membuat keputusan, bahwa Pak Hartaman yang saat ini diberi Tuhan untuk bekerja mewujudkan rumah impian tersebut. Pak Hidayat, Leny, Herny merupakan sahabat-sahabat Pepey yang setia memberikan buah pikiran, saran dan koreksi yang membuat langkah dan keputusanku menjadi keputusan yang tepat, tanpa disertai ketakutan akan adanya kegagalan atau kerugian.

Peletakan batu pertama dilakukan 13 Mei 2016 dengan disertai doa agar pembangunan berjalan lancar. Pak Endang, sang mandor beserta anak buahnya ikut juga berdoa. Ada harapan, tanggal 13 Mei 2017, tepat satu tahun, impian bisa terwujud. Bulan berganti bulan, pembangunan terus dijalankan. Ada beberapa perubahan, namun sebagian besar sesuai dengan rencana. Pemilihan bahan dilakukan sesuai spiritual Bali Usada, semangat meditasi yang membutuhkan tempat yang nyaman, tidak panas, dan memberikan kedamaian.

Nama Griya Prasanti, didapat dari hasil diskusi bersama diantara 7 Putri Kurnia. Gouw Sylviawati Kurnia, adik ke 6, yang memberikan nama tersebut, artinya rumah kedamaian dan ketentraman. Kata “Griya Prasanti” dari bahasa Sansekerta. Pak Merta Ada setuju dengan nama tersebut.

Bulan demi bulan berjalan, sampailah di 3 Desember 2016, Bali Usada menyumbangkan 4 kristal untuk ditanam dalam 4 sudut di ruang meditasi, sedalam 1 meter. Maksud penanaman ini, agar getaran dari bumi bisa selaras, sehingga membantu kesatuan pikiran dalam meditasi cepat tercapai.

Pembangunan dilakukan secara hati-hati, rapi, tahap demi tahap. Mulai pemilihan bata merah, atap, yang semuanya berbahan natural, memberikan kesan “dingin” bagi penghuni rumah maupun tamu yang datang. Sampai di awal tahun 2017, lantai keramik mulai dipasang, demikian pula pipa AC. Interior masih terus didiskusikan dengan Bu Liesje, arsitek, istri dari pak Hartaman. Beliau membantu membuat interior dengan alokasi budget yang terbatas, namun masih tetap layak. Keahliannya sebagai arsitek, hasil rancangan interior yang banyak berdiskusi dengan sang suami, pembangun Griya Prasanti, terciptalah interior yang sesuai dengan style minimalis, berfungsi optimal, namun masih bisa dipenuhi dengan alokasi budget yang disediakan.

Untuk mengisi ruang doa dan ruang di atas tangga, setelah diskusi dengan pak Freddy, yang memiliki keahlian dalam stained glass, diputuskan kaca patri dengan tema Yesus sedang berdoa di taman Getsemani untuk ruang doa dan kaca patri Maria Fatima untuk ruang di atas tangga, karena pemberkatan Griya Prasanti di tanggal 13 Mei 2017, bertepatan dengan perayaan 100 tahun Maria Fatima. Beberapa kali mengalami negosiasi untuk harga yang diberikan. Diluar dugaan melebihi budget, tapi untuk sesuatu yang berkualitas, akhirnya memang harus menggunakan kaca yang tepat untuk sebuah karya seni yang memantulkan pesona tokoh didalamnya.

Griya Prasanti juga sudah memberikan kebaikan dengan mewujudkan impian kakak ke dua, Gitawati Kurnia, untuk berangkat ziarah ke Lourdes dan Fatima. Saat 13 Mei 2017, intensi khusus untuk Griya Prasanti akan dirayakan di misa saat Gita di Fatima. Ia berangkat 10 Mei sampai 22 Mei 2017.

Hari ini, 13 Mei 2017, saat misa pemberkatan Griya Prasanti, kita semua berkumpul untuk bersama-sama mendoakan rumah ini, rumah yang memiliki visi dan misi “untuk kebaikan”, yang bisa memberikan kebaikan bagi siapa saja yang membutuhkan “oase” dari kepenatan dan permasalahan hidup ini. Griya Prasanti dirancang khusus dengan ruangan-ruangan yang cocok untuk meditasi, pertemuan, konseling ataupun mendengarkan seminar atau ceramah-ceramah. Rumah ini ditujukan untuk pemulihan orang- orang berkebutuhan khusus, terutama penderita Bipolar, yang bisa memiliki harapan pemulihan dengan tidak bergantung sepenuhnya pada medikasi yang ongkos pengobatan semakin lama semakin naik biayanya.

Griya Prasanti juga diharapkan memberikan kebaikan melalui pengetahuan yang disebarkan dari ceramah- ceramah seputar pemahaman mengenai penyakit Bipolar sehingga keluarga penderita Bipolar mampu memahami, mengelola dan tidak lagi terjadi stress akibat salah seorang anggota keluarga menderita Bipolar. Sharing sesama orangtua juga bisa membuat keluarga semakin terbantu untuk mengatasi penyakit tersebut yang semakin lama semakin banyak jumlahnya.

Albert, putra bungsu, ia seorang musisi, dengan keahlian yang didapatnya di bangku kuliah, dan studio yang disediakan di Griya Prasanti, bisa membantu terapi pemulihan Bipolar melalui musik. Tentu saja,

Albert juga akan mengajar di studio tersebut sebagai bagian dari kemandirian finansialnya. Putra sulung, Sandy, yang mahir dalam berbahasa Perancis dan Inggris, bisa membantu dalam menyajikan pelatihan-pelatihan bahasa atau menjadi penterjemah maupun penyimpul dalam acara-acara seminar.

Griya Prasanti juga bisa memberikan kebaikan bagi lingkungan sekitarnya. Kenetralan agama terasa di lantai satu. Kegiatan yang bertujuan untuk kebaikan bisa dilaksanakan. Kebaikan akan berbuah kebaikan.

Griya Prasanti juga menjadi rumah “peristirahatan” menuju masa purna pensiun. Kegiatan meneliti, menulis, bisa dilakukan di lantai dua. Jauh dari kebisingan dan hiruk pikuk kepadatan lalu lintas. Sejauh mata memandang dari balkon rumah, terlihat kehijauan yang masih natural. Belum banyak perumahan. Semoga masih tetap demikian beberapa tahun kemudian. Balkon lantai dua dirancang khusus agar bisa digunakan untuk yoga dan meditasi di alam terbuka. Pemilihan lantai keramik disesuaikan dengan batu alam.

Novena Hati Kudus Yesus terus menerus didaraskan setiap misa Jumat pertama. Untaian doa dihaturkan kepada Tuhan Yesus, agar berkenan memberikan Griya Prasanti, rahmat kedamaian, ketenangan dan ketentraman seperti namanya. Diharapkan banyak kebaikan mengalir agar bisa membantu banyak orang yang haus bisa segar dan pulih kembali. Semoga terkabulkan. Tuhan akan senantiasa memberikan yang terbaik.